Menjadi Paguyuban yang Ideal Dalam Konteks Ekspatriat di Arab Saudi

Hidup bersosial adalah fitrah manusia sebagai konsekuensi makhluk hidup berakal yang tidak mungkin menyendiri (‘itizal) tanpa berinteraksi dengan sesama.

Di antarara perintah Allah Ta’ala kepada manusia adalah agar saling mengenal (lita’arafuu):

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Surat Al-Hujurat Ayat 13).

Dalam Tafsir Al-Mukhtashar (Markaz Tafsir Riyadh), di antara maksud ayat di atas adalah Allah jadikan kita bersuku-suku dan berbangsa-bangsa yang menyebar agar kita saling mengenal sebagian yang lain, bukan untuk saling merasa lebih tinggi, karena kedudukan yang tinggi itu hanya didapat dengan ketakwaan.

Jika bingkainya adalah ketakwaan, maka hidup sebagai sesama anak bangsa di negeri perantauan (Arab Saudi), sangat penting diperhatikan unsur-unsurnya;

Pertama, selalu berusaha taat kepada perintah Allah dan RasulNya. Dalam konteks ini adalah agar kita menjadi saudara yang peduli dan saling tolong menolong antar sesama, selalu menjadi perekat untuk semua kelompok dan golongan.

Kedua, berusaha sekuat tenaga menjauhi dan meninggalkan larangan Allah dan RasulNya, yaitu di antaranya tidak saling menghina, mengejek, berprasangka buruk, mencari-cari kesalahan, dan menggunjing.

Ketiga, fastabiqul khairat, berusaha menjadi the best of the best, terutama dalam kehidupan sosial adalah menjadi dan memberikan yang terbaik, menjadi bermanfaat bagi manusia.

Ketiga unsur di atas di antara definisi “takwa” yang relevan dengan beridirinya federasi paguyuban OIN (Overseas Indonesians Network) yang baru saja lahir di Riyadh.

Dengan kedua batas di atas dan motivasi untuk selalu “menjadi terbaik dan memberi” selaras dengan hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia.” (HR. Ahmad, ath-Thabrani, ad-Daruqutni).

Manifestasinya dengan mengikuti AD/ART yang telah dirancang, melaksanakan program dan rencana yang disepakati, serta keputusan hasil rapat pengurus paguyuban OIN.

Tentunya, dengan melihat bahwa konteks kita hidup di negeri orang, di sebuah Kerajaan yang menganut syari’ah Islam, bukan demokrasi atau sebuah republik.

Ada batasan-batasan yang tidak bisa kita langgar atau kita kerjakan sebagaimana kita di negeri demokrasi atau Republik Indonesia.

Menjadi anggota dan pengurus OIN yang selalu taat dan menjauhi larangan agama serta terus berusaha menjadi yang terbaik dan memberi adalah modal awal yang menjamin kemajuan semuanya, insyaaAllah.[]

*) Ditulis oleh Abu Fakhri alias Jalal (Adi Tiar Winarto), Presidium OIN

Leave a Reply

Back To Top